Jumat, 19 Oktober 2012


Wacana Yang Membedakan Pemanfaatan Bahasa Indonesia Pada Tatanan Ilmiah, Semi Ilmiah, Dan Non Ilmiah
Karya Ilmiah adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
contoh wacana ilmiah :
menyusun sebuah kamus yang benar-benar lengkap sehingga dapat disebut sebagai kamus lengkap memang sangat berat. selain dibutuhkan pikiran, tenaga, waktu, serta biaya yang hampir-hampir tidak dapat dibatasi, ada hal lain yang menjadi syarat kelengkapan itu.
Karya Semi Ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.  
contoh wacana semi ilmiah :
Yaman di Titik Kritis
Pemerintah Yaman, kini, paling kurang menghadapi dua persoalan besar. Pertama, menghadapi kelompok Houthis yang sejak beberapa tahun terakhir mengangkat senjata menentang pemerintah pusat Sana’a. Kedua, menghadapi Al Qaeda yang telah membangun kekuatan di wilayah negara yang terletak di ujung selatan, Jazirah Arab, ini.
Hal itu menegaskan pandangan yang sudah beredar selama beberapa tahun belakangan bahwa Yaman telah menjadi semacam safe haven, tempat berlindung yang aman, bagi kelompok-kelompok yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda.
Rencana peledakan itu telah mengungkapkan secara lebih rinci tentang kelompok tersebut. Kelompok ini telah membuat pemerintah Sana’a harus berjuang keras untuk mengatasinya, sementara AS sudah menyatakan tidak akan mengirim pasukan ke Yaman membantu pemerintah pimpinan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Dua persoalan tersebut telah menempatkan pemerintah Sana’a pada posisi yang sulit. Negeri yang dikenal sebagai salah satu pusat peradaban di Timur Tengah itu kini di ambang kehancuran jika tidak mampu menanganinya. Bisa jadi, Yaman akan tergelincir seperti Somalia, yang bisa dikategorikan sebagai ”negara gagal” dan dikuasai oleh kelompok-kelompok bersenjata.
Ini tantangan besar yang harus diatasi oleh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh.
Karya Non Ilmiah (Fiksi) adalah Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.
Contoh wacana non ilmiah :
Aku merasa rendah diri. Aku merasa tak punya kemampuan apapun dari segala bidang. Apa yang bisa kulakukan? Aku seperti orang tak berguna. Mungkin… telah lama aku kehilangan rasa percaya diriku, dan aku tak menyadarinya.
Bagaimana caraku untuk mendapatkan rasa percaya diriku kembali? Sebenarnya aku trauma dengan apa? Aku takut dengan apa? Oh! Aku bingung! Astaghfirullah…
Aku seperti menangis sendiri kesepian di dalam tiap senyumku. Oh… aku benar-benar merasa bagai orang tak berguna! Aku masih belum bisa mengatasi perasaan minderku sendiri. Bagaimana ini ya Allah?
Sampai di usiaku yang telah menginjak 16 tahun ini aku masih bingung. Apa keistimewaanku? Aku hanyalah seorang perempuan yang rapuh… dan tak punya keistimewaan apapun. Astaghfirullahal’adzim… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Kemanakah semangatku yang membara itu pergi?
Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Aku masih punya banyak kekurangan. Tapi… aku sangat bangga menjadi orang Islam. Menjadi seorang muslimah… apakah itu dapat disebut sebagai kelebihan? I don’t know!

Rabu, 03 Oktober 2012


PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Penggunaan Bahasa Indonesia
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.

“Berbahasa Indonesia lah dengan baik dan benar”.
Kalimat ini sudah sering kali kita baca, dengar, atau tulis. Terkesan sepele dan hanya sekadar formalitas. Tapi kalau diresapi benar-benar, sungguh dalam maknanya.
Apa sebenarnya maksud dari kalimat pertama di atas?
Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Pemanfaatan ragam bahasa yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa inilah yang disebut berbahasa yang baik. Dapat dikatakan, berbahasa yang baik adalah berbahasa yang sesuai konteks.
Sementara berbahasa yang benar adalah jika pemakaian bahasa -dalam hal ini bahasa Indonesia- mengikuti kaidah yang dibakukan. Bahasa yang baik dan tepat sasaran tidak selalu menggunakan kaidah baku ini. Misalnya, pemakaian bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari tentu berbeda dengan pemakaian bahasa Indonesia dalam sebuah pidato formal.
Pengertian kalimat tersebut tentu juga mencakup bahasa tulisan. Meski mengaku suka menulis, tapi akan berkurang maknanya ketika kita tak benar-benar memahami dan menggunakan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Cobalah membuat satu tulisan dengan kata-kata yang disusun secara serampangan. Sungguh akan terasa tak enak dibaca.
Meski isi tulisan mungkin berisi, namun alih-alih memberi manfaat dan kesan bagi pembaca, tulisan kita hanya dibaca sekilas lalu ditinggalkan. Pembaca ingin buru-buru saja mengakhiri bacaannya, menangkap intinya saja, lalu ya sudah. Jika beberapa kali pembaca menemukan kesemrawutan berbahasa itu di tulisan kita, maka bukan tak mungkin pembaca akan benar-benar meninggalkan tulisan kita untuk seterusnya. “Capek bacanya“, mungkin itu yang dirasakan.
Masalah kata-kata baku dan tidak baku, imbuhan yang tak tepat pakai, sampai penulisan kata-kata yang huruf awalnya luruh jika dimulai oleh “K”, “P”, “S”, “T”.
Hal kesempurnaan berbahasa tulis ini tentunya juga penting dalam rangka penulisan selain karya ilmiah. Menulis di blog pun, meski hanya berisi uneg-uneg atau hal remeh temeh yang dijalani setiap hari, sebisanya tetap harus tunduk pada aturan berbahasa yang baik dan benar.
Bukan berarti harus berbahasa yang ketat atau kaku. Silakan saja menulis seperti saat sedang mengobrol. Tapi hendaknya konsisten dalam penulisan “aku” atau “saya”, “kau” atau “kamu” atau kata ganti lainnya. Konsisten juga untuk memilih gaya bahasanya. Kalau sejak awal bahasanya -bukan berarti bahasannya- cenderung serius, seterusnya begitu sampai akhir tulisan. Begitu juga jika sejak awal sudah ber-haha hihi dengan bahasa gaul, ya silakan saja. Jadi hal penting lain memang adalah konsistensi berbahasa. Boleh berbahasa gaul, menulis dengan gaya seperti bercakap-cakap dengan teman, namun harus diingat untuk menggunakannya sesuai konteks. Variasi jenis bahasa tulisan ini juga baik untuk melatih kreativitas kita sebagai penulis dan agar pembaca tak bosan membaca tulisan-tulisan kita yang semuanya terkesan seragam.

CONTOH FUNGSI BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI
Bahasa adalah alat umum yang telah digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi sejak lama. Dalam kehidupan bahasa digunakan untuk bersosialisasi dengan orang lain antara lain dengan berbicara dan menggunakan isyarat/simbol.
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita.
Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita (dalam arti kita menggunakan kata yang sudah umum).
Contoh : Percakapan 2 orang,
Ari     : Darimana saja kamu?
Bima : Tadi habis pergi.
Percakapan 2 orang tersebut menggunakan kata sederhana sehingga mudah dimengerti.